Selasa, 28 Juni 2011

Tak Perlu ke AS untuk Konsultasi dengan Dokter Mayo Clinic

img
Mayo Clinic di Rochester (dok: mayoclinic.org)
Jakarta, Pasien dari Indonesia banyak yang jauh-jauh ke luar negeri hanya untuk konsultasi dengan para ahli. Dengan kemajuan teknologi, kini dokter-dokter dari Mayo Clinic di Amerika Serikat bisa melayani pasien secara langsung dari jarak jauh.

Untuk pertama kalinya, Mayo Clinic hadir untuk melayani pasien di Indonesia. Para ahli dari rumah sakit swasta terbesar di Amerika Serikat ini memang tidak datang secara langsung, tapi akan melayani dari jarak jauh dengan teknologi Electronic Medical Consult (e-MC).

Konsultasi jarak jauh tersebut tidak sebatas surat menyurat saja, namun dengan teknologi video teleconference pasien di Indonesia bisa bertatap muka secara langsung (real time) dengan para pakar di Mayo Clinic. Data medis pasien juga bisa diakses bersamaan oleh kedua pihak.

Soal keamanan dan kerahasiaan, konsultan kardiologi sekaligus perwakilan Mayo Clinic, Thomas R Behrenbeck, MD, PhD, SCCP menjamin seluruh data telah dilindungi dengan sistem pengkodean yang canggih. Dijamin data pasien tidak akan terbaca oleh pihak yang tidak berkepentingan.

"e-MC bukan hal baru di Mayo Clinic, jadi enkripsi (pengkodean) sudah tidak jadi masalah. Soal teknologi, kami bahkan sudah merintis Robotic Surgical System (operasi dengan robot yang dikendalikan dari jarak jauh)," ungkap Dr Behrenbeck dalam penandatanganan kerjasama dengan EKA Hospital di Hotel Mulia, Senayan, Selasa (27/6/2011).

Karena tidak gratis, tentu tidak semua pasien akan diarahkan untuk memanfaatkan layanan yang hadir di Indonesia berkat kerja sama dengan EKA Hospital ini. Hanya kasus-kasus tertentu yang sangat kompleks dan tidak tertangani oleh dokter di Indonesia.

Namun jika pasien menghendaki, layanan ini juga bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan second opinion atau pendapat kedua. Apabila pasien menghendaki masukan dari yang lebih ahli, dokter dari EKA Hospital bisa mendampingi pasien untuk bersama-sama mengakses e-MC.

"Tidak semua kasus akan di arahkan untuk e-MC, hanya yang benar-benar kompleks. Misalnya yang sesuai bidang saya adalah kelainan jantung bawaan pada anak, kadang kami dokter butuh penilaian dari yang lebih ahli antara lain dalam menentukan waktu terbaik untuk melakukan operasi," ungkap pakar kardiologi anak dari EKA Hospital, dr Sukman Tulus, SpA.

Sementara bagi Mayo Clinic sendiri, layanan e-MC diharapkan juga bisa jadi ajang saling bertukar ilmu (sharing knowledge) antar dokter. Banyak kasus yang mungkin lebih sering terjadi di Indonesia, misalnya ptropical disease seperti malaria dan demam dengue.

Dalam banyak kasus, para ahli dari Mayo Clinic sendiri sering mendapat pengalaman baru dari e-MC. Misalnya saat menangani gangguan jantung yang sangat langka, selenium cardiomyopathy yang beberapa tahun lalu masih jarang diketahui dokter jantung.

Dengan e-MC, Dr Behrenbeck mengaku mendapatkan banyak masukan dari dokter jantung di China tentang gangguan jantung yang sangat langka tersebut. Di China, kasus itu beberapa kali ditemukan karena dalam tradisi setempat selenium ternyata sering dikonsumsi sebagai obat kuat.

Mayo Clinic merupakan organisasi kesehatan nonprofit terbesar di Amerika Serikat yang telah beroperasi lebih dari 100 tahun. Organisasi ini mengelola rumah sakit swasta terbesar di Amerika yang beroperasi di Rochester-Minnesota, Jacksonville-Florida dan Scottdale-Arizona.

Tiap tahun rumah sakit ini melayani lebih dari 1 juta pasien yang datang dari sekitar 140 negara di seluruh dunia. Rumah sakit ini diperkuat oleh lebih dari 3.000 dokter spesialis, 150 di antaranya merupakan subspesialis di bidang kardiologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar